expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 29 Januari 2019

Pesan Untuk Dia

Dia sungguh mempesona,
Dia bak mualaf, sebenarnya dia adalah muslimah
Alhamdulillah telah berubah
Semoga berubah karena dorongan qolbu terdalam

       begitu anggun wajahnya berbalut pakaian Taqwa
       berkerudung anggun bak putri dari negeri tiongkok
       telah berubah semua
       tidak lagi pernah menampakan lekuk tubuhnya



Engkau sekarang berbeda
Semoga istikomah sayang
Menjadi pribadi yang tetap tegas
Namun tetap ingat dengan Allah yang memberi balas

       hijrahmu tampak nyata semoga diterima
       tidak dangkal seperti sungai yang penuh lumpur
       karena Iman kadang Kabur
       tetaplah teguh menjadi pribadi yang santun

Pakaian syar.imu sebenarnya bukan hanya untuk dirimu
Balasanya adalah surga untuk kedua orang tuamu
Auratmu tertutup menjauhkan langkah neraka bagi bapakmu
menjadikan engkau gadis solihah anggun nan cantik
             

                                                                       



   





     


     

Senin, 14 Januari 2019

New Delhi " Bagaikan Mimpi' GITC 2018


Maaf bagi diriku sendiri karena baru menyempatkan untuk untuk bernostalgia dan menanami sawah ini. terlalu indah dilupakan begitulah sepenggal syair yang datang dari dunia bawah sadar. mengapa demikian? karena apa yang saya goreskan disini adalah seperti sebuah mimpi yang terhapus dengan hadirkan kehidupan terbangunkan dengan kenyataan bahwa hari ini sudah pagi.


New Delhi, India, benar sekali, ibukota negara Hindustan ( sebutan nama India dahulu) negerinya para artis Bollywood yang siapa sih yang tek kenal dengan Shah Ru Khan, Kajol di salah satu Genre film buatan negara ini. ngapain ke India, mereka negara dengan penduduk padat dan panas lo bro. dan pertanyaan yang sering muncul "mosok kowe neng India"? ini bikin saya juga bertanya kok seperti mimpi ya/ apakah benar saya ke India, terus kesana mau ngapain, shoting film? wisata? yang jelas bukan itu tujuan saya kesana.

GITC 2018, inilah alasan saya ke India adalah dalam rangka ikut mendampingi anak - anak disabilitas dari YPAC Semarang yang berkah doa dan ijin dari Allah SWT berhak untuk mengikuti kompetisi IT bagi anak - anak penyandang Disabilitas se- Asia Pasifik yang diikuti oleh 200 peserta dari negara undangan yaitu 24 negara. kami tergabung dengan tim Indonesia yang beranggotakan dari  kota di Indonesia Kota Padang diwakili oleh Akhlakul Imam, dari Jakarta diwakili oleh Faiza Putri Adila, Iqbal RX, Muhamad Abdul Kahar dari semarang Bramudia Nur Alam, Keisa fajar Imanuddin, dari Jogjakarta Muh Zain Nabhan, serta dari Kalimantan ( Balikpapan) ada Nabila Bilqis, serta pendamping Ibu Dr Reti (YPAC Nasional), Bp Hamdani, Bp Nusriwan (Kominfo), Mama Iqbal Ibu Amalia Hariawan, Ibu Siti Aminah Ibunda dari Bilqis, Bp Muhaimin pendamping dan kepsek dari Zein  Nabhan, Bapak Purwanto, S.Pd, pendamping sekaligus patner saya disana.

Setelah karantina selama tiga hari di ciputat tepatnya adalah Balai pelatihan TIK Nasional dekat dengan UIN kampus II Tangerang Selatan kami semua tepatnya tanggal 07 November 2018 menuju bandara Soekarno hatta untuk terbang ke India Via bandara Chang i ( Singapore), Transit selama 2 jam langsung terbang ke India. Oh ya sempat takut juga sih karena Tiket dari Jakarta ke India tertulis Garuda Indonesia ternyata di Singapore ganti pesawat yaitu jet airways yang memang pesawat dari India. perjalanan kami kurang lebih 8 jam. tidak usah diceritakan dengan saya sebagai seorang yang phobia pesawat dimana disitu terbang lama tidak bisa diceritakan apa yang terjadi dengan saya. dari Jakarta pesawat Take of pukul  14.00 samapai di India dengan Transit 2 jam di Singapore yaitu jam 01.00 dini hari, karena selisish 2 jam berarti di semarang atau Indonesia Pukul 23.00.

kami menginap di hotel Ashok dengan fasilitas bintang lima dengan biaya kamar sehari Rp 1.500.000,- saya ditempatkan dilantai 7 dengan nomor 729 bersama Bramudia Nur Alam. perasaan pertama kali saya ke India adalah begitu dinginya sini ya kebetulan saat kami kesana adalah musim dingin. hal yang dibayangkan orang ke India berbeda dengan kenyataan dimana disini sungguh kontra dengan identik cantik penduduknya. bagimana disini sangat menghormati hewan sehingga saking hormatnya mereka dibiarkan liar, sepeeti anjing, gagak elang, monyet dll.

singkat cerita malam penghargaan, oh ya lomba di lakukan dihotel ashok dengan segala jamuan makanan yang serba rempah yang bikin wah sehingga diri ini mau muntah karena bengah melihat paha ayam merekah dan rasanya sama seklai tidak menggugah. dimalam penghargaan yang dinanti oleh para peserta sesion pertama penghargaan Indonesia sama sekali tidak mendapatkan, saya sempat optimis dan meninggalkan bendera Indonesia karena mana mungkin Indonesia mendapat juara ternyata di sesion ke dua Indonesia melalui Faiza Putri Adila menjadi juara umum dan mencetak sejarah seorang hearing ( disabilitas pendengaran) pertama yang menjadi leader GITC sejak gelaran ini dimulai beberapa tahun lalu. serta kelompok yang dimana salah satu anak didik kami dari YPAc semarang mendapatkan tuahnya dengan Bramudia Nur alam juge mandapat medali emas bersama fadila.

Lody Park, New Delhi
berjalan jalan di lody park, tidak ada yang istimewa disini, namun suasana wangi alami yang membuat kami merasa nyaman disini malam penuh manusia bermain..dengan kabut musim dingin yang sungguh terasa nikmat saya seperti merasakan hawa surga dimana binatang elang gagak dan yang lain liar diatas pohon saling bersautan dan berganti berebut makanan.






Bandara Diwali, New Delhi
tibalah perpisahan itu yaitu tanggal 12 November 2018 kami harus berpisah dan memang seperti mimpi karena keterbatasan saya sebagai seorang yang kalau dikur tidak akan mamapu datang kesana tanpa campur tangan Yang Maha Kuasa. sampai jumpa semoga kita tetap menjadi saudara..





Bandara SOETA Indonesia Bisa


bersama Ibu Atase Pendidikan Lestiyani

Kepiting tapal kuda

Hewan Purba Berdarah Biru, Penyelamat Manusia


20K
 
    
Darah biru mungkin identik dengan istilah saat kita mendefinisikan keturunan ningrat atau kerajaan. Tetapi darah biru ini benar benar darah berwarna biru milik kepiting tapal kuda mengandung kekayaan protein.

Kepiting tapal kuda (Horseshoe Crab) adalah binatang yang unik berbentuk seperti helm dengan ekornya yang panjang.  Binatang ini dikenal juga dengan sebutan belangas, sebagian orang Indonesia menyebutnya mimi untuk jantan, yang betina disebut mintuna.
Hewan ini sering disebut sebagai ‘fosil hidup’, karena nenek moyang hewan ini telah muncul hampir 200 juta tahun sebelum munculnya dinosaurus. Walau umurnya panjang, tapi evolusi tubuh kepiting tapal kuda sedikit berubah. Kepiting tapal kuda saat ini punya bentuk mirip ikan pari dengan ekor khasnya. 
Sama seperti kepiting lainnya, kepiting tapal kuda termasuk keluarga hewan berbuku-buku (Arthropoda). Tapi meski memiliki tekstur dan bentuk yang keras seperti kepiting (crab), namun belangkas bukan dari keluarga kepiting.
Belangkas merupakan hewan dari famili Limulidae, ordo Xiphosura yang dikenal sebagai living fossils (fosil hidup). Sementara kepiting (crab) berasal dari famili Brachyura, ordo Decapoda. 
Hidup di perairan dangkal, yaitu kawasan payau dan mangrove. Mereka mencari makan di malam hari. Makanannya berupa cacing, kerang, dan alga.
Berdarah Biru
Berbeda dengan makhluk hidup lainnya yang umumnya berdarah merah, kepiting tapal kuda berdarah biru karena darahnya mengandung hemosianin, yaitu zat tembaga dalam protein.
Keajaiban sejati dari darah hewan ini terletak pada sel kekebalan khusus yang disebut amebocytes. Amebocytes menjadi 'pahlawan' karena mampu mengagalkan serangan bakteri terhadap darah manusia.
Darah kepiting tapal kuda yang berwarna biru ini sangat bermanfaat terutama untuk industri obat-obatan. Plasma darah tapal kuda yang disebut haemocyte lysate yang diambil dan digunakan untuk menguji produksi obat, yaitu  memastikan bahwa obat yang diproduksi itu bebas dari bakteri.
Jumlahnya Mulai Berkurang
Setiap tahunnya ada 600 ribu kepiting ditangkap dan sebanyak 30 persen darahnya diekstrak oleh berbagai fasilitas di Amerika Serikat dan Asia.
Sayangnya, dalam 15 tahun terakhir jumlah kepiting tapal kuda ini berkurang sebesar 75 persen di dunia dan 90 persen di populasi terbesarnya di Teluk Delaware, di Samudera Atlantik.
Meski sebenarnya setelah dipanen kepiting-kepiting ini dikembalikan ke habitatnya, namun dalam proses ekstraksi sebanyak 10-30 persen kepiting ini mati dalam proses pengambilan darah tersebut.