( RENUNGAN ) KISAH PEMUDA MISKIN DAN GADIS KAYA
Gadis itu berkata, "Dengar ya, gaji bulanan Anda sama dengan pengeluaran harianku..!
Haruskah aku pacaran dengan Anda? Aku tidak akan pernah mencintai Anda. Jadi, lupakan diriku dan pacaran dengan orang lain yang setingkat dengan Anda"
Tapi entah kenapa si Pemuda tidak bisa melupakannya begitu saja.
10 tahun kemudian, mereka bertemu disebuah pusat perbelanjaan.
Wanita itu berkata, "Hei Kamu!! Apa kabar? Sekarang aku sudah menikah. Apakah kamu tahu
berapa gaji suamiku ? Rp.20 juta perbulan! Dapatkah kamu bayangkan ? Dia juga sangat cerdas"
Mata Pemuda itu berlinang air mata mendengar kata-kata wanita itu,
Beberapa menit kemudian suami wanita itu datang. Sebelum wanita itu bisa mengatakan sesuatu,
suaminya berkata :"Pak...?! Saya terkejut melihat Anda disini. Kenalkan istri saya."
Lalu dia berkata kepada istrinya, "Kenalkan Bossku, Boss masih lajang lho..
Dia mencintai seorang gadis tapi gadis itu menolaknya. Itu sebabnya dia masih belum menikah.
Sial sekali gadis itu.. Bukankah sekarang tidak ada lagi orang yang mencintai seperti itu??. "
Wanita itu merasa terkejut dan malu sehingga tidak berani melihat kedalam mata si Pemuda
Kadang orang yang kita sakiti dan kita hina jauh akan lebih sukses dari pada yang kita bayangkan ... Setelah semua terjadi timbullah sebuah penyesalan dari dirinya ...
Kadang orang yang di hina akan memakai hinaannya untuk mengapai sebuah kesuksesan ...
Ini hanya sebagian cerita kehidupan nyata
Bukan harta yang akan membuat kita bahagia
†αpï bersyukurlah yang membuat kita bahagia!!!
KETIKA IBLIS MEMBENTANGKAN SAJADAH
Siang menjelang dzuhur. Salah satu Iblis
ada di Masjid. Kebetulan hari itu Jum’at, saat berkumpulnya orang. Iblis
sudah ada dalam Masjid. Ia tampak begitu khusyuk. Orang mulai
berdatangan. Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk & masuk dari
segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau masuk lewat lubang
pembuangan air.
Pada setiap orang, Iblis juga masuk lewat
telinga, ke dalam syaraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan
denyut jantung setiap para jamaah yang hadir. Iblis juga menempel di
setiap sajadah. “Hai, Blis!”, panggil Kiai, ketika baru masuk ke Masjid
itu. Iblis merasa terusik : “Kau kerjakan saja tugasmu, Kiai. Tidak
perlu kau larang-larang saya. Ini hak saya untuk menganggu setiap orang
dalam Masjid ini!”, jawab Iblis ketus.
“Ini rumah Tuhan, Blis! Tempat yang suci,Kalau kau mau ganggu, kau bisa diluar nanti!”, Kiai mencoba mengusir.
“Kiai, hari ini, adalah hari uji coba
sistem baru”. Kiai tercenung. “Saya sedang menerapkan cara baru, untuk
menjerat kaummu”. “Dengan apa?”
“Dengan sajadah!”
“Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, Blis?”
“Pertama, saya akan masuk ke setiap
pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi
untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja
dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan besar!”
“Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru,Blis?”
“Bukan itu saja Kiai…”
“Lalu?”
“Saya juga akan masuk pada setiap
desainer sajadah. Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu
membuat sajadah yang lebar-lebar”
“Untuk apa?”
“Supaya, saya lebih berpeluang untuk
menanamkan rasa egois di setiap kaum yang Kau pimpin, Kiai! Selain itu,
Saya akan lebih leluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang
lebar maka barisan shaf akan renggang. Dan saya ada dalam kerenganggan
itu. Di situ Saya bisa ikut membentangkan sajadah”.
Dialog Iblis dan Kiai sesaat terputus.
Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya
berdampingan. Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara,
satu lagi, sajadahnya lebih kecil. Orang yang punya sajadah lebar
seenaknya saja membentangkan sajadahnya, tanpa melihat kanan-kirinya.
Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak hati jika
harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dulu datang. Tanpa berpikir
panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga
sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya.
Keduanya masih melakukan sholat sunnah.
“Nah, lihat itu Kiai!”, Iblis memulai dialog lagi.
“Yang mana?”
“Ada dua orang yang sedang sholat sunnah
itu. Mereka punya sajadah yang berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan
masuk diantara mereka”.
Iblis lenyap.
Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf.
Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang
sedang melakukan sholat sunah. Kiai akan melihat kebenaran rencana yang
dikatakan Iblis sebelumnya. Pemilik sajadah lebar, rukuk. Kemudian
sujud. Tetapi, sembari bangun dari sujud, ia membuka sajadahya yang
tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Hingga
sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya. Ia kemudian berdiri.
Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil, melakukan hal serupa.
Ia juga membuka sajadahnya, karena
sajadahnya ditumpuk oleh sajadah yang lebar. Itu berjalan sampai akhir
sholat. Bahkan, pada saat sholat wajib juga, kejadian-kejadian itu
beberapa kali terihat di beberapa masjid. Orang lebih memilih menjadi di
atas, ketimbang menerima di bawah. Di atas sajadah, orang sudah berebut
kekuasaan atas lainnya. Siapa yang memiliki sajadah lebar, maka, ia
akan meletakkan sajadahnya diatas sajadah yang kecil. Sajadah sudah
dijadikan Iblis sebagai pembedaan kelas.
Pemilik sajadah lebar, diindentikan
sebagai para pemilik kekayaan, yang setiap saat harus lebih di atas dari
pada yang lain. Dan pemilik sajadah kecil, adalah kelas bawah yang
setiap saat akan selalu menjadi sub-ordinat dari orang yang berkuasa.
Di atas sajadah, Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain.
“Astaghfirullahal adziiiim “, ujar sang Kiai pelan.
KASIH SAYANG SEORANG IBU
Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya
Suaminya sudah lama meninggal karena sakit
Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya.
Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu sukamencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi
Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi
Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati”
Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya
Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap
Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung
pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari
di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi
Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”
Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan
Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman
Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan
Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya
Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba
Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang
Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada
Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat
Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah
Tahukah anda apa yang terjadi?
Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah
dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi,
dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng
Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata
Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan
Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya
KISAH INSPIRATIF AKU BENCI LAMPU MERAH
Satu siang di Bekasi, lampu merah
menyala. Seorang nenek-nenek renta dengan hanya sebelah tangan
menawarkan sapu lidi, sebelah tangannya lagi tidak nampak, hanya
terlihat pangkal lengan yang kosong.
Hatiku nyeri, kuturunkan kaca mobil,
“Berapa Nek ?”“Sepuluh ribu neng… ”
Kuulurkan sepuluh ribuan, kukira aku
akan mendapat satu sapu lidi. Tapi nenek-nenek itu mengangsurkan semua,
tiga sapu lidi yang dipegang dengan sebelah tangannya yang tersisa.
“Saya cuma beli satu Nek” kataku ragu
“Enggak pa pa neng, tiga-tiganya ini sepuluh ribu” jawab nenek itu
Lalu nenek itu mengucapkan terima
kasih yang diteruskan dengan rentetan doa untuk keselamatan dan
keberkahan bagiku. Sepuluh ribu untuk tiga sapu lidi, dan untuk doa yang
tak ternilai harganya….
Tapi tiba-tiba,
“Ngapain sih beli begituan ?” hmmmmm, teman seperjalananku protes
“Nggak liat kenapa ?” jawabku rada sengak juga
“Sepuluh orang aja seperti kamu, seratus ribu sehari, tiga juta sebulan”
Aku memilih diam
“Gaji pramusiwi saja nggak sampai segitu”
“Nenek itu nggak mungkin jadi pramusiwi neng… ” balasku
“Tiga juta sebulan dari sapu lidi begituan” masih saja bersungut-sungut
“Oke, kamu gantian jadi nenek itu, tiga juta sebulan. Mau ?!!”
Huhhhh, menguap semua protes….
Apa susahnya berbagi sedikit keberuntungan dan rezeki kita, untuk ketidak beruntungan orang lain ?
Ngomong-ngomong, aku sendirian di mobil, jadi kenalkan, itu tadi sisi diriku yang lain…